to date

Free JavaScripts provided
by The JavaScript Source

WALI SONGO

WALI SONGO – PENDAKWAH ISLAM NUSANTARA ~ PENGENALAN

1. SUNAN GERISIK

Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi...

"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Sunan Gerisik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga dan Sunan Muria. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.

Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajat adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.

2. SUNAN AMPEL

Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang).

Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.

Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.

Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.

Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina."

Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.

3. SUNAN GIRI

Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya (seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu) ke laut....
Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya (seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu) ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma).

Ayahnya adalah Maulana Ishak, saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.

Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah "giri". Maka ia dijuluki Sunan Giri.

Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit - konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan - memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.

Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.

Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.

Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.

Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.

4. SUNAN BONANG

Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha...

Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban.

Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha.

Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit.

Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban.

Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.

Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq). Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga.

Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri.

Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang.

Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa ditafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan 'isbah (peneguhan).

5. SUNAN DRAJAT

Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M.

Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M.

Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun Jelog (pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang). Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran - Lamongan.

Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk. Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah "berilah tongkat pada si buta / beri makan pada yang lapar / beri pakaian pada yang telanjang'.

Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim piatu dan fakir miskin.

6. SUNAN KUDUS

Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus.

Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang.

Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali (yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh) menunjuknya.

Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.

Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al-Baqarah yang berarti "sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.

Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.

7. SUNAN GUNUNG JATI

Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon)...

Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra' Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).

Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.

Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.

Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya "wali songo" yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan.

Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.

Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.

Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.

8. SUNAN KALIJAGA

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati...

Dialah "wali" yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam.

Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam ('kungkum') di sungai (kali) atau "jaga kali". Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab "qadli dzaqa" yang menunjuk statusnya sebagai "penghulu suci" kesultanan.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.

Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.

9. SUNAN MURIA

Ia putra Dewi Saroh (adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak), dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus.

Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya.

Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518 - 1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.

Salasilah Long Gaffar

MENGINGATI KEMATIAN

SETIAP YANG HIDUP PASTI AKAN MATI

Di antara hadith rasulullah:

1. Mengingat kematian dapat meleburkan dosa.
2. Kematian sebagai penasihat pada diri sendiri.
3. Orang yang cerdik ialah orang yang terbanyak mengingat kepada kematian.
4. Secerdik-cerdik manusia ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar cerdik dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat.


Ulama’ ada mengatakan, Kematian boleh melenyapkan kenikmatan yang dirasakan oleh mereka yang diselubungi oleh kenikmatan itu. Jesteru carilah kenikmatian yang tidak ada habisnya.

Mereka yang sentiasa berada dalam kemewahan keduniaan, sering tertipu oleh keindahannya, mengikut kehendak sendiri; harta benda besar, banglo besar, kereta besar, gaji besar, niaga besar, kerja besar, orang besar, cakap besar dan segala-galanya besar. Mereka in kerap terlupa hatinya mengingati kematian, bahkan mereka lupa terus dan tidak sama sekali ingat akan mati. Sungguh malang nasib mereka. Jika ada orang lain mengingatkannya, mereka akan lari dari nasihat yang baik itu dan ada yang membencinya.

“Katakanlah bahawa sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri daripadanya itu, pasti akan menemui kamu, kemudian kamu semua akan dikembalikan ke Dzat yang Maha Mengetahui segala yang ghaib serta yang nyata. Selanjutnya Dia akan memberitahunya padamu semua apa-apa yang kamu lakukan” ~ Surah Al Jumu’ah ayat 8

Tiga keadaan manusia yang mengingati kematian:

1. Orang yang asyik dengan keduniaan. Mereka ini jarang sekali mengingati kematian, sesekali terlintas dalam kepalanya, mereka akan merasa bimbang, risau, takut yang amat sangat kerana harta benda dan berbagai perkara besar, cantik, mewah dan sebagainya akan ditinggalkanya begitu saja.
2. Orang yang bertaubat. Mereka ini sentiasa memperbanyakkan ingatan kepada kematian supaya timbul ketakutan dan ketaqwaan dalam diri mereka. Jesteru mereka akan dapat menyempurnakan taubat mereka dengan taubat nasuha dan mengharapkan Allah akan menerimanya, insya’ Allah.
3. Orang yang menyedari dan mengetahui. Mereka ini dengan jelas faham tentang kematian. Mereka telah, sedang dan akan terus menerus membuat persediaan untuk menghadapi kematian. Mereka tahu kematian pasti akan tiba dan saat tersebut merupakan saat bahagia bagi mereka kerana mereka akan bertemu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Panduan mengingati kematian:

1. Ziarah kubur sanak saudara, sahabat handai dan muslim lain.
2. Ziarah kematian, doa ke atas mayat dan iringinya sehingga ke kubur.
3. Menghadiri majlis tahlil.
4. Membaca ayat-ayat alQuran dan Hadith mengenai kematian
5. Membaca, mendengar dan menuntun cerita-cerita mengenai kematian dan pembalasannya.
6. Menghadiri majlis ilmu mengenainya.
7. Menceritakan kisah-kisah keluarga yang telah kembali kepada sanak saudara.
8. Mengadakan majlis tahlil untuk keluarga, sahabat, jiran dan muslim lain yang telah kembali.

jikalau engkau berada diwaktu pagi, maka janganlah menunggu-nunggu datangnya waktu petang dan jikalau engkau diwaktu petang, maka jangan menunggu datangnya waktu pagi. Ambillah kemenafaatan hidup mu ini untuk bekal kematian dan sewaktu kau masih sihat untuk bekal sakit mu.~hadith diriwayatkan oleh ibnu hibban.

Rebutlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara:
Masa muda mu sebelum datangnya masa tua mu
Masa sihat mu sebelum datang masa sakit mu
Masa kaya mu sebelum datangnya masa miskin mu
Masa lapang mu sebelum datangnya masa sibuk mu
Masa hidup mu sebelum datang masa mati mu
~ Hadith diriwayatkan oleh Baihaqi

Sesungguhnya Kami [Allah] menghitungnya itu dengan hitungan yang cermat sekali ~ Surah Mariam ayat 85

Kini marilah kita sama-sama muhasabah diri dimanakah kita berada dan terus berusaha demi kebaikan. Kita kerap terlalai untuk membuat kebaikan. Keindahan dan kemewahan duniawi membuat kita terpegun dan terikut-ikut dengannya. Jangan sekali-kali kita menangguhkan perkara-perkara yang baik dan ganti dengan benda-benda lain. Berusaha dengan yakin ke jalan Allah.

BROTHERHOOD IN ISLAM

Abu Hamzah Anas bin Malik, radiyallahu 'anhu, who was the servant of the Messenger of Allah, sallallahu 'alayhi wasallam, reported that the Prophet, sallallahu 'alayhi wasallam, said:
"None of you truly believes (in Allah and in His religion) until he loves for his brother what he loves for himself"
[Al-Bukhari & Muslim]

In the Musnad of Imam Ahmad, the Prophet, sallallahu 'alayhi wasallam, said:
"The servant does not reach the reality of faith until he loves for others what he loves for himself."
In Sahih Muslim from Abdullah ibn Amr Al-Ass, the Prophet, sallallahu 'alayhi wasallam, said:
"…..Whoever wishes to be delivered from the fire and enter the garden should die with faith in Allah and the Last Day and should treat the people as he wishes to be treated by them…"
[Sahih Muslim; Book 020, Number 4546]

These three hadiths carry similar meanings that is to love for other Muslims what one loves for oneself. They lay down a very significant principle of behaviour of Muslims with each other. A true Islamic community is when it is built upon love and compassion for its members. Every member should care for and help one another. They should treat others in ways they want to be treated.
It is a community with no barriers among the races, colour, mazhab or group or ranks in implementing this Islamic concept of brotherhood and love. All these barriers must be removed for this concept to be realized. Other barriers to be removed include jealousy, selfishness and envy.

Loving goodness for others is part of loving them. We love good things for them as much as we love those things for ourselves. We treat them the way we want them to treat us.
Part of good treatment of others are excusing them and giving them fair chances. For example, if a person commits a mistake, then we should find excuses for them and not jump to conclusions. There are many possibilities or ways for us to excuse others who have committed mistakes, and hence enabling us to live peacefully and avoid confrontations.

When we deal with other Muslims in the community, we should deal in the best manner. We should choose the best words in our conversation. The Qur'an says:
"O you who believe! Keep your duty to Allah and fear Him, and speak always the right word"
[Surah Al-Ahzab (33) : ayat 70]

"And tell My servants that they should always say those words that are the best. Satan verily, sows a state of conflict and disagreements among them."
[Surah Al-Isra' (17) : ayat 53]

Good words can minimize quarreling and confrontations among the members of the society.

Mercy and compassion should exist in our treatment of others. This is related to a very important concept in Islam, which is Al-Wala'. The relationship among the Muslim community members is based on this concept of Al-Wala'. It does not only mean protection, but it also encompasses love, care and help. These are the four aspects of Al-Wala' normally mentioned by the scholars. These aspects are interdependent with each other. For example, to care for others comes after the loving of others. Therefore, in relation to the hadith, Muslims must also love and care about other Muslims.

Another important issue is not to be arrogant. This comes in many forms (as mentioned by the scholars) such as belittling others, looking down on others, looking at oneself as being more superior or better than others, etc. The Prophet, sallallahu 'alayhi wasallam, said:
"He who has in his heart the weight of a mustard seed of pride shall not enter Paradise." A person (amongst his hearers) said: "Verily, a person loves that his dress should be fine, and his shoes should be fine." He (the Prophet, sallallahu 'alayhi wasallam) remarked: "Verily, Allah is Graceful and He loves Grace. Pride is disdaining the truth (out of self-conceit) and contempt for the people."
[Sahih Muslim: Book 001, Number 0164]

Therefore we need to be humble and show mercy to others. Part of loving goodness for others is to practice mutual consultation, enjoining goodness and forbidding evil. The advice is to be done in a good way, based on loving them and not for seeking personal interest. The Prophet, sallallahu 'alayhi wasallam, also used to show his love of others when giving advice to them. It may also be good to explicitly tell the listeners that the reason we are advising them is because we love them and we care for them. If an advice is specific for a person, then it should be done in private to avoid offending the person.

Fudhayl ibn Iyad went one step higher in putting this hadith into practice. He mentioned that we should not only wish others to be like us but also to wish them to be better than us. However, he said that this is not obligatory (wajib).

Ibn Rajab said that we should wish other Muslims to be better than us in worshipping (ibadah) and manners (akhlaq), but at the same time we should wish for ourselves to be better than what we are now. It is not good enough to just wish for something good for other Muslims but at the same time we are deficient and not striving to be better Muslims ourselves. It is from the goodness that we have attained that we also love for other Muslims to have. It is not fair to them that we wish for them to attain the same deficiency that we have in ourselves. Therefore, it is a matter of continuous competition among us to attain the goodness.

A related contemporary issue is about the brotherhood in Islam. What criterion should be used in deciding who are the brothers in Islam that they deserve our support? There are many Muslims in the world today, but many of them are weak in iman and violating some principles of Islam. In the past, these people were dissociated by the scholars because they were the minority. However, today it is less appropriate to apply this same principle of disassociation and therefore people with the minimum level of Islam should be considered brothers in Islam. Hence we should care for them and love for them what we love for ourselves. For example, if they commit a sin then we love for them that they leave the sinful act. We should advise them out of our love for them.

This hadith can be practiced at any level, any time and with any Muslim. It can be practiced in different manners, in the form of advising, giving charity, enjoining goodness and forbidding evil.
In practicing the hadith, the various aspects of the hadith and the inter-related concepts must be observed. A concept cannot be observed in isolation as it may cause misunderstanding and incorrect application of the concept itself.

GENEALOGY LG

KERABAT LONG GAFFAR KELANTAN

Genealogy Kaitan dengan Raja-Raja Jawa

Maharaja Srimat Varma Deva - Raja Jawa [1233]
.. |
Raja Surendra - Maharaja Suran - Raja Jawa [1233-1253]
.. |
Raja Tilam [1253]
.. |
Raja Sakranta [1253-1257]
.. |
Sultan Mahmud Jiddah Raja Lankasuka & Kelantan [1335-1362]
.. |
Sultan Baki Shah - Raja Tanjungpura & Chermin
.. |
Puteri Selindung Bulan berkawin Sayyid Jamaluddin al Husain al Kubra
.. |
Sayyid Ali Nurul ‘Alam - Pateh Arya Gajah Mada [Majapahit]
.. |
Sultan Abu Abdullah Umdatuddin
.. |
Wan Abul Muzaffar @ Ahmad Waliyullah
.. |
Nik Mustafa – Sultan Abdul Hamid, Raja Sarwasadesa & Champa
.. |
Andi Ali [Pakih Ali]
.. |
Wan Nik [Dato' Wan Pattani]
.. |
Raja Wan Daim Raja Champa [1684-1692]
.. |
Long Nik – Datu Pujud/Raja Reman, Pattani
.. |
Long Gaffar – Raja Muda Reman

Salasilah Long Gaffar, menurut sejarah (legendanya) adalah berasal dari keturunan Maharaja Suran yang turun ke Bukit Seguntang Maha Miru, iaitu di Pagar Ruyung, Palembang Sumatera, Indonesia.

Keturunan berikutnya berpindah ke Kota Meulaboh, Aceh dan daripadanyalah bermula salasilah raja-raja Aceh, iaitu keturunan Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam, raja Aceh yang masyhur itu.

Salasilah Long Gaffar merujuk kepada beberapa orang ratu, datu ataupun raja, iaitu Ratu/Datu Kok Por [Ratu Kuripan], Ratu/Datu Lai Pelai [Molai] – pemegang Bomoh Balai Perasapan, Ratu/Datu Piak [Piyek], Ratu/Datu Raya Mengkuang, Ratu/Datu Long Nik Bendang Saring, Ratu/Datu Long Nik [Syed Hitam Tua] yang kemudian merajai Remang, sebuah daerah [Raman District] di Pattani Lama, Thailand dan dari perkahwinannya dengan Nang Cayang puteri Raja Reman melahirkan baginda Long Gaffar yang kemudiannya menjadi raja Kelantan.

Long Gaffar yang mempelopori pemerintahan beraja dan keturunannya di Kelantan yang sekaligus mendirikan kota sebagai pusat pemerintahannya di Limbat, Kota Bharu dan kemudian di Jeram, Pasir Puteh, diketahui hanya mempunyai tiga orang putera sahaja iaitu Long Seri, Long Jenal dan Tengku Selia.

Long Seri atau yang lebih dikenali sebagai Tengku Perdana Menteri, putera sulong Long Gaffar dan keturunan baginda sahaja yang mewarisi pemerintahan beraja dari kerabat Long Gaffar di Kelantan. Ianya dimulakan oleh Long Gaffar dan Long Seri sebagai pemerintah pertama dan kedua di Limbat dan kemudian diteruskan oleh Long Demor, Long Pandak dan Tengku Besar Tuan Ahmad sebagai pemerintah ketiga, keempat dan kelima di Jeram. Pada zaman raja yang terakhir inilah berlakunya penentangan terhadap Inggeris di Kelantan sehingga tercetusnya ‘Perang atau Musoh Tok Janggut’ pada tahun 1915 (29.4.1915) dan sekaligus telah melenyapkan pemerintahan beraja dari keturunan Long Gaffar di Kelantan.

Salasilah kerabat Long Gaffar di Kelantan [LG] kini agak kompleks kerana telah bercampur dengan ahli-ahli kerabat diraja lain yang pernah merajai Kelantan sejak dahulu hingga ke hari ini, saperti Kerabat Raja-raja Jembal [RJ], Kerabat Long Yunus [LY] dan bukan kerabat [BK]. Ini adalah di sebabkan oleh persemendaan atau perkahwinan di kalangan mereka dan ianya merupakan suatu keunikan pemerintahan di Kelantan. Namun begitu, jurai LG masih boleh dikesan dengan kerjasama ahli kerabat yang masih mengingati sejarahnya.

Rentetan dari itu, maka salasilah Kerabat Long Gaffar Kelantan kini, boleh dibahagikan kepada enam jurai keturunan berikut:

1. Keturunan dari sebelah ibu dan bapa, di mana kedua-dua belah pihak adalah dari keturunan long Gaffar, iaitu dikategorikan sebagai Kerabat 1 [K1].

2. Keturunan sebelah bapa, di mana ibunya samada dari keturunan Long Yunus
atau pun Raja Jembal, iaitu yang dikategorikan sebagai Kerabat 2 [K2].

3. Keturunan sebelah ibu, di mana bapanya samada dari keturunan Long Yunus
ataupun Raja Jembal, iaitu yang dikategorikan sebagai Kerabat 3 [K3].

4. Keturunan sebelah bapa, di mana ibunya bukan kerabat diraja (orang kebanya-
kan yang samada menggunakan gelaran diraja atau tidak saperti Tengku, Tuan, Raja, atau Nik, Wan dan seumpamanaya, iaitu yang dikategorikan sebagai Kerabat 4 [K4].

5. Keturunan sebelah bapa atau ibu yang tidak menggunakan gelaran Tengku, Raja, Nik, Wan dan sebagainya, iaitu sebagai Kerabat 5 [K5].

6. Keturunan sebelah ibu sahaja yang bapanya bukan kerabat diraja yang biasa-nya digelar Nik, Megat, Puteri, Wan, iaitu Kerabat 6 [K6].

LONG GAFFAR [mangkat 1793M] : Long Gaffar, raja Kelantan yang pertama mendirikan kota pemerintahannya di Limbat, Peringat, Kota Bharu pada tahun 1765 Masihi yang diketahui hanya mempunyai tiga orang putera sahaja, iaitu Long Seri, Long Jenal dan Tengku Selia. Menurut tradisi kesultanan Melayu yang memberi keutamaan kepada putera sulong, maka Long Seri yang bergelar Tengku Perdana Menteri sahaja yang berhak mewarisi tahta kerajaan dan sekaligus menggantikan ayahandanya Long Gaffar sebagai raja dan pemerintah kedua Kelantan. Kerajaan baginda berpusat di Kota Limbat yang kemudiannya diteruskan oleh generasi baginda sebagai raja-raja atau pemerintah-pemerintah berikutnya di Kota Jeram, Pasir Puteh.

Long Seri dikatakan mempunyai 19 orang anak [15 putera dan 4 puteri] – Ada riwayat mengatakan baginda mempunyai sampai 40 putera/puteri. Manakala Long Jenal, atau dikenali juga sebagai Long Besar atau Ku Limbat, hanya mempunyai seorang puteri sahaja. Manakala Tengku Selia tidak banyak diketahui. Kerabat Long Gaffar Kelantan yang bermula dengan Long Seri, Long Jenal dan Tengku Selia sehingga punya ramai anak cucu keturunannya sehingga sekarang ada di merata tempat seluruh negara. Pertubuhan Kerabat Long Gaffar Kelantan telah diwujudkan dan pejabatnya di Machang Kelantan.

GOOD HEALTH

Last week I received email from a friend about good health, I found it is easy to work out and like to share with you.

Dr Wu's secrets to good health

The human body has the power to heal itself. The immune system has a self-defence mechanism to block and destroy bacteria or viruses that invade our bodies, while the self-healing mechanism will get us back on the road to recovery. When you have a cold and take medicine, the medication may kill the virus but your immune system will not fully function, and its efficiency will decrease. As a result, your body will be more vulnerable to germs.

Dr Wu's principle is to strengthen the immune system, and avoid medication as much as possible. In his book, he offers the following guidelines to good health:

1. Have at least three bowel movements a day.
Other health experts may advise one bowel movement a day, but Dr Wu says that's not enough. You need three to four bowel movements a day in order to excrete all the accumulated faeces from your intestine. Your liver will not be overburdened and it also helps reduce cholesterol in your body.

2. Drink at least three glasses of fruit or vegetable smoothies each day.
This is a way to ingest enough phytochemicals to strengthen the body's cells and immune system. Use not only the flesh, but also the skin and seeds of fruits and vegetables to make smoothies, as they are rich in phytochemicals.

Most of the fruit seeds have small amounts of cyanide which kill bacteria and viruses without damaging the body.

Actually the recommended smoothie diet is six glasses a day, two in the morning, one before lunch, two more in the afternoon, and one more before dinner. However, if that's too much, you may start with three glasses a day. Use a high powered blender (at least three horsepower) as it can release phytochemicals from the fibre. It's best to choose sour fruits like green or red apples, grapes, pineapples, kiwi and lime.

3. Sunbathe 30 minutes daily.
We often hear that the Sun's UV rays will damage our skin, and many people apply sunblock before going out.

But Dr Wu says the opposite. He says the UV rays will help convert cholesterol underneath the skin into vitamin A which helps moisten the skin and prevent skin cancer, and also vitamin D that helps prevent colds, osteoporosis, and certain kinds of cancer.

"Therefore, use the Sun. Expose yourself to sunlight about one-half hour a day, at noon or another appropriate time based on your local climate. The Sun will make you healthier," says Dr Wu.

4. Exercise 30 minutes a day.
Don't exercise for more than 30 minutes. If you go beyond that, your body will be overworked.

"If you do it more than half an hour, that will become labour, not exercise. Your heart and your body will be working too hard," he says.


5. Shower with hot, then cold water.
Try an alternating cold and hot water shower: Three minutes of hot water followed by 30 seconds of cold water, then repeat twice more.

This process will bring a rush of blood and energy to your body. It helps increase your immune system, blood circulation, and metabolism.

6. Drink a lot of water, in the correct way.
How much water you need to drink each day depends on your specific situation. If your office is air-conditioned, drinking six glasses of water a day is enough. If your work involves lots of walking, you have to drink 8-10 glasses a day. If you work under the hot sun, then 10-12 glasses of water are required.

The way you drink is also important. The correct way is to sip it little by little, to give your body cells time to absorb the water. If you drink the whole glass down at once, your cells can't absorb it all, and the water will be excreted as urine.

7. Eat according to your blood type.
Your blood type determines what you should eat. Eating the wrong foods will make you sick.

People with blood type O have to eat a certain amount of meat. If they eat only vegetables for a long time, their body won't absorb all the substances they need to strengthen their immune system. The recommended diet for this group is 75% vegetables, 10% fruits, 10% meat, seafood and goat's milk (avoid cow's milk), and 5% grains.

People with blood type A, however should avoid milk and meat, while increasing grains and fruits.

People with blood type B should also avoid meat.

People with blood type AB should avoid chicken and beef.


8. Eat according to your biological clock.
Every human being has a biological clock that tells us when to eat, sleep, and wake up. If you don't follow your biological clock, the organs will lose their balance.

Toxins and wastes won't be excreted from your body, and soon you'll get sick.

According to Dr Wu, the biological clock is divided into three phases.

From 4 am to noon is the time for bowel movements, so in the morning you should eat foods with lots of fibre. Fruit and vegetable smoothies are recommended.

From noon to 8 pm, your body will absorb food so lunch is the most important meal. A vegetable salad with grains is recommended. Fish or boiled eggs can be added to your lunch. Avoid meat at dinner as the amino acids in the meat will disturb your sleep. Try to finish dinner by 6 pm.

From 8 pm to 4 am, the nutrients and energy from food will be distributed throughout your body organs. The golden time for your sleep is between 10 pm and 2 am,as your immune and self-healing system will function at its best.

'Eidiladha Kerabat LG

Perjumpaan kerabat Long Gaffar dan korban telah diadakan di Pantai Air Tawar Besut Terengganu pada hari Ahad 29 November 2009 bersamaan dengan 12 Zulhijah 1430. Bertujuan untuk mengiratkan lagi hubungan kekeluargaan antara ahli. Sambutannya sangat menggalakan dan kali ini dibuat secara suasana kampung. Ada di antara ahli keluarga tidak bersua berpuluh tahun dan ada pula semenjak dilahirkan. Kemesraan jelas kelihatan pada majlis ini.

Jawatankuasa Kerabat:

Yang DiPertua : YM Prof. Madya (B) Dr. Engku Ibrahim Ismail
Timbalan Yang Dipertua : YM Mejor (B) T. Mohd.Apandi
Naib Yang Dipertua : YM Raja Othman
Setiausaha : YM Tengku Aziz
Bendahari : Pn. Fadhilah bt Hussin
serta semua Ahli Jawatankuasa merakam setinggi terima kasih kepada kerabat di Besut:

1. Keluarga Tuan Fatimah [Pekerti]
2. Keluarga Tuan Daud
3. Keluarga Tuan Ali
yang telah berusaha untuk menjayakan majlis ini dan kepada semua yang hadhir.

Majlis dirasmikan oleh Yang Berhormat Tuan Haji Pahimi ADUN Kota Putera, Besut.

Di antara aktiviti keluarga:

1. Peraduan melukis dan mewarna kanak-kanak 5-6 tahun, 7-9 tahun dan 10-12 tahun.
2. Hadiah murid cemerlang UPSR
3. Cenderahati ibu & bapa tunggal
4 Sumbangan warga emas
5. Cabutan bertuah

SEMOGA KITA JUMPA LAGI PADA TAHUN DEPAN INSYA' ALLAH

Perjumpaan KLG 09 Besut